Jumat, 15 Januari 2016

RAJIN PANGKAL KAYA atau MALAS PANGKAL MISKIN ?













“Ungkapan di atas memang benar adanya. Barang siapa rajin melakukan sesuatu yang bermanfaat, maka ia akan menjadi kaya. Lawan dari ungkapan tersebut adalah ‘malas pangkal miskin’,” begitu tulis harian Lampung Post, hari Minggu, 24 April 2011 kemarin.

Benarkah rajin pangkal kaya? Kalau benar, berarti kalau kita rajin maka kita akan menjadi kaya. Atau siapapun yang rajin niscaya akan menjadi kaya. Tapi benarkah demikian? Dengan menjadi rajin kita bisa menjadi kaya? Bagaimana kalau kita sudah rajin tapi tidak menjadi kaya?

Secara logika agaknya ungkapan ‘rajin pangkal kaya’ di atas kurang tepat, menurut nalar seperti yang tersebut di atas. Rajin saja bukanlah alamat, atau pangkal, seseorang menjadi kaya.

Setahu saya, dahulu, ada pepatah yang berbunyi ‘hemat pangkal kaya’, ‘rajin pangkal pandai’, ‘malas pangkal bodoh’. Ketiganya adalah pepatah untuk menasehati anak sekolah supaya hemat, rajin dan tidak malas, karena kalau malas, maka dia akan menajdi bodoh. Dengan berhemat kita bisa menjadi kaya. Jika kita rajin belajar maka kita akan menjadi pandai. Kalau kita bermalas-malasan maka kita akan menjadi bodoh. Begitulah maksudnya. Begitulah yang didengung-dengungkan oleh guru-guru SD jaman dahulu. 

Kalau diteliti, makna ketiga pepatah tersebut memang lebih tepat dan lebih masuk akal daripada kedua pepatah yang ditulis dalam harian Lampung Post di atas.

Rajin saja belumlah tentu bisa membuat orang menjadi kaya. Buktinya banyak. Petani yang rajin bekerja banyak yang tidak kaya. Pegawai yang rajin bekerja banyak yang tetap miskin, karena kerajinan memanglah bukan syarat untuk menjadi kaya. Orang yang kaya belum tentu karena dia rajin. Orang yang tidak kaya (miskin) belum tentu karena dia malas. Orang yang rajin tidak otomatis menjadi kaya. Mungkin hanya rajin menabung yang bisa membuat orang menjadi kaya. Namun kita tidak bisa mengatakan dengan serta merta bahwa orang yang rajin akan menjadi kaya.

Lain halnya dengan hemat. Hemat bisa membuat seseorang menjadi kaya. Petani yang hemat bisa menjadi kaya. Pegawai yang hemat bisa menjadi kaya.

Petani, atau pegawai, atau siapapun yang tidak merokok, tidak pernah makan di restoran, tidak pernah membeli sesuatu yang tidak perlu, tidak membiarkan listrik menyala mubazir, dll akan mendapatkan uangnya terkumpul, dan lama kelamaan uangnya akan berakumulasi hingga mencapai jumlah yang banyak, melebihi jumlah uang temannya yang merokok, makan di restoran, membeli barang-barang mewah, menyalakan listrik secara sia-sia, atau kegiatan lain yang menghambur-hamburkan uang. Dan kalau kelebihan uang tersebut dia belikan rumah, maka dia akan mempunyai dua rumah. Dan pada saat itu teman-temannya, tetangga-tetangganya menyebut dia orang kaya.

‘Malas pangkal bodoh’ artinya orang tidak akan berkembang kalau dia malas. Malas belajar membuat bodoh. Malas bekerja tidak akan berjaya. Malas berlatih tidak akan mahir. Malas bertanya tidak akan tahu. Orang malas akan kalah bersaing dengan orang yang rajin.

Orang yang rajin belajar akan menjadi pintar. Orang yang rajin bekerja akan berjaya. Orang yang rajin berlatih tidak akan menjadi mahir. Orang yang rajin bertanya akan menjadi tahu. Pendeknya, orang yang rajin akan berhasil, sedangkan orang yang malas akan gagal. Orang yang berhasil bisa disebut pandai (karena keberhasilan itu adalah buah dari kepandaian). Dan orang yang gagal bisa disebut bodoh (karena kegagalan itu adalah buah dari kebodohan).

Bagaimana, 
ANDA LEBIH MEMILIH UNTUK RAJIN PANGKAL KAYA atau MALAS PANGKAL MISKIN ??

Kamis, 31 Desember 2015

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SERTA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak, dengan artian seseorang bisa mempelajari sendiri apa yang ia bisa dan apa yang ia minati.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Dalam membangun sebuah peradaban, salah satu hal yang sangat berpengaruh adalah pendidikan. Sudah diakui sejak lama, bahwa ilmu pengetahun memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.  Kita bisa berkaca pada kejadian pada negara Jepang yang bertepatan pada wilayah Hiroshima dan Nagasaki, tetapi Jepang tidak menghiraukan kejadian itu, jepang malah mengakatakan pada masyarakatnya..

"BERAPA SISA GURU YANG MASIH HIDUP ??"

Nah begitu juga negara lainnya, yang dikenal banyak orang karena kelebihannya di beberapa bidang baik industry dan lain sebagainya. Tanpa adanya pendidikan yang baik, negara-negara itu tidak akan dikenal orang lain karena seperti yang dijelaskan di atas, pendidikan memiliki peran penting dalam membangun sebuah peradaban serta meningkatkan derajat sebuah bangsa.

NAH BAGAIMANA PENDIDIKAN DI NEGARA KITA SENDIRI, (INDONESIA) ??

Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi. Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualita SDM bangsa Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar mampu melahirkan generasi yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang supaya bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dan agar tidak semakin tertinggal karena arus global yang berjalan cepat. 

Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia diperlukan sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola kebijakan yang sesuai dengan keadaan Indonesia. Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya dan kemampuan peserta didiknya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut dapat kita wujudkan melalui pendidikan dalam keluarga, pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah.


Masalah-masalah di Bidang Pendidikan
 
     Problem yang dihadapi bangsa Indonesia di bidang pendidikan mencakup tiga pokok proble, yaitu:  
 
Pemerataan Pendidikan
 
     Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami di bidang pemerataan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia hanya dapat dirasakan oleh kaum menengah ke atas. Agar pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk, maka pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat. Misalnya, adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan dari mulai bangku SD hingga SMP. Pemerintah membuat kebijakan dengan meratakan tenaga pendidik di setiap daerah.
 
Biaya pendidikan
 
     Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena biaya pendidikan yang mahal. Maka dari itu,  agar bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, Pemerintah mulai mengeluarkan dana BOS, yang diberikan kepada peserta didik di SD dan SMP. Hal tersebut dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar. Dengan dikeluarkan kebijakan tersebut, di harapkan semua pendidikan dapat dirasakan di semua kalangan masyarakat Indonesia.
 
Kualitas Pendidikan 
 
     Selain kedua masalah tersebut, permasalahan yang paling mendasar adalah masalah mutu pendidikan. Karena sekarang ini pendidikan kita masih jauh tertinggal jika di bandingkan dengan negara-negara lain. Hal tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar namun tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta didik masih rendah. Contohnya: dengan adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat mengikuti Ujian Nasional peserta didik cenderung pilih mendapat jawaban secara instan, misalnya dengan membeli jawaban soal UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki, maka pemerintah membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Yang dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan syarat untuk menjadi pendidik. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana, misalnya memperbaiki fasilitas gedung, memperbanyak buku, dll. 

Sekarang Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Saat ini pemerintah mulai memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia dengan membuat berbagai kebijakan dan merubah sistemnya. Pendidikan Indonesia saat ini menggunakan sistem nasional yang meliputi sistem terbuka, sistem yang berorientasi pada nilai, sistem pendidikan yang beragam, sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman dan sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Untuk menjalankan sistem tersebut, pemerintah mengeluarkan sistem wajib belajar 9 tahun yang ditujukan untuk peserta didik SD dan SMP, adanya free-school. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan pendidikan sekarang, memperbaiki sarana-prasarana, mengevaluasi kinerja tenaga pendidik dll. Dengan adanya upaya pendidikan di Indonesia dapat lebih baik agar bangsa Indonesia dapat mengimbangi negara lain terutama negara-negara ASEAN.